PONDASI TIANG BOR


Pondasi Tiang Bor
1.                  Pondasi Tiang Bor Secara Umum


Pondasi tiang bor cenderung menyokong terjadinya tekanan tanah lateral sehingga kekuatan tanah disepanjang sisi tiang menjadi lebih kecil daripada kekuatan tanah disepanjang sisi tiang pancang (Driven Pile). Metode pelaksanaan pondasi tiang bor dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan casing yang ditarik kembali dan dengan cara casing yang tetap tinggal di dalam tanah. Adapun tipe dari tiang bor / Cast in Place yaitu, tipe Bored Pile, tipe Barete Pile, tipe Franky Pile dan tipe pondasi sumuran.
Gambar 1 Franky Pile (Tiang Bor)


Secara metode pelaksanaan pondasi tiang bor dibagi dalam dua kelompok dasar:
[1]

a.       Lubang Berselubung, Suatu lubang digali hingga kedalaman alas pondasi dan tiang bor dibuat di dalam lubang tersebut. Biasanya dinding penahan diberi penahan atau pelapis untuk menghindari longsoran.
b.      Penggunaan Caisson, sebuah corong atau kotak yang dibenamkan hingga posisi yang di inginkan, yang kemudian akan merupakan bagian luar sumuran. Untuk memudahkan pembenaman, maka bagian bawah caisson  dilengkapi dengan pinggiran yang tajam.
2.                  Kelebihan dan Kekurangan dari Pondasi Tiang Bor
Setiap pemilihan jenis pondasi tiang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing sehingga perlu dilakukan analisa dengan perbandingan jenis pondasi untuk dapat menentukan jenis pondasi yang tepat, sesuai dan aman digunakan dalam suatu proyek. Berikut ini akan diterangkan keuntungan dan kerugian dalam pemakaian tiang bor sebagai pondasi bangunan.
A.        Keuntungan dari penggunaan tiang bor antara lain : [2]
a.         Tidak ada resiko kenaikan muka tanah
b.        Kedalaman tiang dapat divariasikan
c.         Tanah dapat diperiksa dan dicocokan dengan data laboratorium
d.        Tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam, dengan diameter besar, dan dapat dilakukan pembesaran ujung bawahnya jika tanah dasar berupa lempung atau batu lunak.
e.         Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan dan pemancangan.
f.         Metode desain yang semakin andal.Berbagai metode desain yang rasional telah dikembangkan untuk berbagai macam pembebanan dan kondisi tanah.
g.         Gangguan lingkungan yang minimal, suara, getaran dan gerakan tanah sekitarnya dapat dikatakan  minimum.
h.        Kemudahan terhadap perubahan konstruksi
i.          Daya dukung yang amat tinggi memungkinkan perancangan satu kolom dengan dukungan satu tiang sehingga dapat menghemat kebutuhan untuk pile cap.
B.            Kerugian dari penggunaan tiang bor antara lain:[3]
a.         Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau kerikil.
b.        Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik.
c.         Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang.
d.        Pembesaran ujung bawah tiang tidak dapat dilakukan jika tanah berupa pasir.
3.                  Pengaruh Tiang Bor pada Tanah Kohesif
Penelitian pengaruh pekerjaan pemasangan tiang bor pada adhesi antara dinding – dinding tiang dan tanah di sekitarnya, menunjukkan bahwa nilai adhesi lebih kecil dari pada nilai kohesi tak terdrainase (undrained cohesion) tanah sebelum pemasangan tiang. Hal ini adalah akibat dari pelunakan lempung di sekitar dinding lubang. Pelunakan tersebut adalah pengaruh dari bertambahnya kadar air lempung oleh pengaruh – pengaruh : air pada pengecoran beton, pengaliran air tanah ke zone yang bertekanan lebih rendah di sekitar lubang bor dan air yang dipakai untuk pelaksanaan pembuatan lubang bor. Pelunakan pada tanah lempung dapat dilaksanakan dalam waktu 1 atau 2 jam.[4]

4.                  Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Tunggal
Tanah harus mampu mendukung dan menopang beban dari setiap konstruksi yang di rencanakan yang ditempatkan diatas tanah tersebut tanpa suatu kegagalan geser dan penurunan pondasi yang di hasilkan dapat di tolerir untuk konstruksi tersebut.
Perhitungan kapasitas tiang dapat dilakukan dengan cara pendekatan statis dan dinamis. Hitungan kapasitas tiang secara statis dilakukan menurut teori mekanika tanah, yaitu dengan mempelajari sifat-sifat teknis tanah. Sedangkan hitungan dengan cara dinamis dilakukan dengan menganalisis kapasitas ultimit dengan data  yang diperoleh dari data pemancangan tiang. Hasil hitungan kapasitas tiang yang didasarkan pada teori Mekanika Tanah, terkadang masih perlu dicek dengan mengadakan pengujian tiang untuk meyakinkan hasilnya. [5]

















Gambar 2. Mekanisme Daya Dukung Pondasi Tiang
Sumber : Ir. Dra. E. Savitri, MT, Bahan Ajar Rekayasa Pondasi, FTUP, Hal.223-224


4.1         Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Tunggal Berdasarkan Hasil Pengujian SPT dengan Metode Meyerhoff
Dalam perencanaan pondasi tiang bor tunggal berdasarkan data hasil uji tanah SPT, Meyerhoff  mengusulkan formula untuk menentukan Daya Dukung Pondasi Tiang seperti sebagai berikut :
       dengan     
A.       Tahanan ujung tiang (End Bearing Pile) = Qp[6]
Qp = qp x Ap   dengan     qp = 40 x Nb
Dimana :
qp   = Tahanan ujung Tiang
Ap = Luas permukaan ujung tiang = Luas dasar tiang (m2)
Nb = Nilai N SPT rata – rata di sekitar 8D di atas ujung tiang dan 4D di bawah ujung tiang
D   = Diameter (D) atau Lebar (B)
B.       Tahanan gesekan sepanjang badan tiang (Friction Pile) = Qs[7]
Qs = ∑ (fs x As)   dengan    
Dimana :
fs    = Tahanan selimut tiang
As   = Luas selimut tiang = Keliling tiang * Panjang tiang (m2)
    = Nilai N SPT rata – rata sepanjang tiang
D   = Diameter (D) atau Lebar (B)
4.2 Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Tunggal Berdasarkan Hasil Pengujian SPT dengan metode Reese And O’Neil
Dalam perencanaan pondasi tiang bor tunggal berdasarkan data hasil uji tanah SPT, Reese and O’neal mengusulkan formula untuk menentukan Daya Dukung Pondasi Tiang Bor seperti sebagai berikut :
       dengan     
A.       Tahanan ujung tiang (End Bearing Pile) = Qp[8]
Qp = qp x Ap   dengan    qp = 0,6 NSPT    (tsf )untuk NSPT < 75
                                         qp = 45* NSPT  (tsf) untuk NSPT > 75
Dimana :
qp   = Tahanan ujung Tiang
N    = Nilai N SPT rata – rata
Ap = Luas permukaan penampang tiang (m2)

B.       Tahanan gesekan sepanjang badan tiang (Friction Pile) = Qs23
Qs = (fs x As)   dengan     fs = α . Su dan Su = 0,0625 . NSPT
Dimana :
fs    = Tahanan selimut tiang
As   = Luas selimut tiang = Keliling tiang * Panjang tiang (m2)
N    = Nilai N SPT rata – rata sepanjang tiang
D   = Diameter (D) atau Lebar (B)
α     = Faktor koreksi dari hasil harga Su
Untuk nilai Su (undrained shear strength) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Faktor Adhesi untuk Tiang Bor pada Tanah Mengandung Lempung
Adhesion Factor
Undrained Shear Strength = Su (tsf)
0,55
< 2
0,49
2,0 – 3,0
0,42
3,0 – 4,0
0,38
4,0 – 5,0
0,35
5,0 – 6,0
0,33
6,0 – 7,0
0,32
7,0 – 8,0
0,31
8,0 – 9,0
Treat as Rock
> 9,0
Sumber: https://www.utexas.edu/research/ctr/pdf_reports/0_5824_2.pdf.hal.113-114

5.                  Kapasitas Daya Dukung Pondasi Kelompok Tiang Bor
Kapasitas daya dukung kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas tiang tunggal pada kelompoknya. Stabilitas kelompok tiang tergantung pada dua hal, yaitu:[9]
a.    Kapasitas daya dukung tanah di sekitar dan di bawah kelompok tiang pancang dalam menurunkan beban total struktur.
b.    Pengaruh penurunan konsolidasi tanah yang berada di bawah pondasi kelompok tiang.
6.                  Persyaratan Jarak Antara Tiang Dalam Kelompok Tiang
Pondasi kelompok tiang bor digunakan apabila daya dukung satu pondasi tiang bor tidak sanggup untuk menahan beban yang akan terjadi. Pondasi kelompok tiang bor terdiri dari beberapa buah tiang bor yang kemudian diikat dengan topi tiang (Pile Cap) pada bagian atas tiang – tiang bor tersebut. Jarak minimum antar tiang bor biasanya bernilai : [10]
2,5 D ≥ S ≥ 3D
Dimana :
          S = Jarak antar tiang bor
          D = Diameter tiang bor / Diagonal tiang bor
Adapun mobilisasi tegangan di sekitar tiang akibat pengaruh jarak antar tiang pada kelompok tiang adalah : [11]

(A)
 

(B)
 

)
 
 





Gambar 2.6 Skematik mobilisasi tegangan di sekeliling tiang yang digambarkan dalam bentuk Diagram Keruntuhan Tegangan berupa Gelombang (Bulb)
Sumber : Rekayasa Fundasi II : Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam (Jakarta,Gunadarma, 1997)

Keterangan :
A = Bulb pressure pada satu tiang
B = Bulb pressure pada kelompok tiang pada jarak antar tiang s > 2,5 3 D
C = Bulb pressure pada kelompok tiang pada jarak antar tiang s < 2,5 3 D
Pada gambar C, mobilisasi tegangan tidak sepenuhnya, karena ada satu daerah tegangan yang menjadi milik bersama. Pada gambar A dan B, mobilisasi tegangan yang tidak berpotongan mengartikan bahwa kapasitas daya dukung total kelompok tiang = kapasitas daya dukung satu tiang dikalikan dengan jumlah tiang yang ada.
7.                  Penentuan Letak dan Komposisi Tiang dalam Kelompok Tiang
Berdasarkan pada perhitungan daya dukung tiang oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. diisyaratkan :[12]
S ≥ 2,5 D dan S ≥ 3 D


 





Gambar 2.7 Jarak antar tiang
Sumber :    Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003.
       hal. 141
Jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan - pertimbangan sebagai berikut :[13]
1.      Bila S < 2,5 D
Apabila jarak antara sumbu tiang < 2,5 D, maka pengaruh kelompok tiang akan cukup besar pada tiang geser, sehingga gaya dukung setiap tiang di dalam kelompok akan lebih kecil dari gaya dukung tiang secara individu. Ini berarti bahwa efisiensi menurun, sehingga kemampuan tiang tidak dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
2.      Bila S > 3 D
Apabila S > 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar ukuran/dimensi dari poer (footing).













Gambar 2.8 Beberapa contoh tipe pile cap dan komposisi tiang yang lazim dipakai















Gambar 2.9 Contoh desain pondasi dalam dengan 2 tiang
Sumber : http://www.detallesconstructivos.net/en/category/tags/pile-caps
Dalam kelompok tiang, baik ujung tiang maupun keliling tiang akan terjadi overlapping daerah yang mengalami tegangan seperti pada gambar 2.10, dimana tegangan yang terjadi mengakibatkan tegangan yang tinggi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6Afebm0bpFOl_mwylO13WQPiByUwn8IZxilOsj4iNJHDXaDHsFVvtvRsrK4DBowUdrWgkCXPcSEbfYViYDWN8T_JK9hwxgtyEEEoBGcy8BNyR-Pf9tE2uq3FeS7aRq0mvNECnTdAwGSQ/s320/2011-08-18_131243.jpg






Gambar 2.10  Perbandingan zone tertekan pada tiang tunggal dan kelompok tiang
(a) Tegangan di bawah ujung tiang tunggal; (b) Tegangan di bawah ujung tiang     pada kelompok tiang
Sumber :   Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003.
hal. 139
8.                  Efisiensi Kelompok Tiang Bor[14]
Daya dukung kelompok tiang terutama untuk geser tidak sama dengan daya dukung tiang secara individual dikelompoknya, hal ini di karenakan adanya reduksi akibat adanya overlapping penyebaran di sekeliling tanah diantara tiang – tiang dikelompoknya. Faktor reduksi ini yang disebut dengan Efisiensi Tiang.
Dengan harga efisiensi kelompok tiang (η) adalah :
Dimana :       η   = Efisiensi tiang
                     θ   = Arc tan (d/s) derajat
                     s   = Jarak antar tiang
                     d   = Jumlah tiang dalam deret baris
                     n   = Jumlah tiang dalam deret kolom
9.                  Persamaan Daya Dukung Kelompok Ultimit Kelompok Tiang
Besar daya dukung kelompok tiang tergantung pada jarak antara tiang dalam kelompoknya. Makin jauh jarak antar tiang, makin besar gaya yang didukung. Ada suatu “jarak kritis” yang menjadi persyaratan / pedoman untuk suatu penentuan suatu jarak antar tiang, yang mempengaruhi besaran dari Daya Dukung Kelompok Tiang, yaitu : [15]
a.    Apabila jarak antar tiang melebihi “jarak kritis” tersebut, maka keruntuhan yang terjadi merupakan keruntuhan setempat dengan perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang adalah :
Qug = Qu x m x n
Dimana :  Qug             = Kapasitas DD batas kelompok tiang
                 Qu 1 Tiang  = Kapasitas DD ultimit satu tiang
                 n                  = Jumlah tiang dalam deret kolom
                 m                 = Jumlah tiang dalam deret baris
                 η                  = Efisiensi kelompok tiang
b.    Sedangkan apabila jarak antar tiang lebih kecil dari “jarak kritis” tersebut, maka keruntuhan tiang yang terjadi merupakan Blok yaitu tanah diantara tiang – tiang dalam kelompoknya merupakan kesatuan dengan tiang – tiangnya. Dengan perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang adalah Kapasitas daya dukung dari kegagalan blok (Block Failure) :
Qug = 2 x D ( B + L ) x c + 1,3 C x Nc x B x L
Dimana :  Qug             = Kapasitas DD batas kelompok tiang
                 D                 = Kedalaman tiang di bawah muka tanah
                 B                 = Lebar kelompok tiang
                 L                 = Panjang kelompo tiang
                 1,3 adalah faktor pengali untuk luasan kelompok tiang berbentuk empat persegi panjang, untuk bentuk kelompok lain seperti bundar, menerus dan lain – lain dapat disesuaikan dengan persamaan dari Terzaghi. Selain itu keruntuhan blok dapat terjadi bila Poer dalam keadaan terbenam atau tepat di atas permukaan tanah.
10.              Pengaruh Harga Faktor Keamanan Terhadap Daya Dukung Pondasi Tiang Bor
Untuk memperoleh Kapasitas Daya Dukung Izin Tiang Tunggal (Qa) Atau Kelompok Tiang (Qag), maka diperlukan Faktor Keamanan (FK) tertentu untuk membagi Kapasitas Daya Dukung Ultimit Tiang Tunggal (Qu) atau Kelompok Tiang (Qag). Faktor keamanan berfungsi untuk :[16]
a.         Memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode perhitungan yang digunakan dalam perencanan
b.         Memberikan keamanan terhadap variasi kekuatan geser tanah dan kompressibilitas tanah
c.         Meyakinkan bahwa bahan tiang akan cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja
d.        Menyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok tiang masih dalam batas – batas toleransi.
e.         Menyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang – tiang masih dalam batas toleransi.
Pemilihan faktor aman, perlu dipertimbangkan hal – hal sebagai berikut :[17]
a.         Tipe dan kepentingan struktur
b.         Variabilitas tanah (ketidakseragaman tanah)
c.         Ketelitian penyelidikan tanah
d.        Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan
e.         Pengawasan / kontrol kualitas di lapangan
Penggunaan faktor aman tersebut adalah untuk meyakinkan keamanan tiang terhadap keruntuhan tiang dengan mempertimbangkan penurunan tiang pada Beban Kerja yang ditetapkan.
Tabel 2.6 Faktor Aman yang disarankan oleh Reese & o’Neil 1989

Kualifikasi Struktur
Faktor Aman (F)
Kontrol
Baik
Kontrol Normal
Kontrol
Jelek
Kontrol  Sangat Jelek
Monumental
2.3
3.0
3.5
4.0
Permanen
2.0
2.5
2.8
3.4
Sementara
1.4
2.0
2.3
2.8
Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003.
 hal. 119
11.              Persamaan Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang
Besarnya beban kerja (working load) atau kapasitas izin tiang (Qa) adalah nilai kapasitas Ultimit (Qu) dibagi dengan Faktor Aman (F) yang sesuai. Adapun persamaan umum dari daya dukung ultimit adalah Qult = Qp + Qs.
a.         Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter d<2m [18]
Dimana :  Qall          = Kapasitas izin gross (satuan beban)
                 Qult.izin   = Daya dukung ultimit izin gross
                 A              = Luas dasar pondasi
                 Fk            = Faktor keamanan
                        2,5            = Nilai faktor kemanan yang disarankan

b.        Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawahnya 32  
Dimana :  Qall          = Kapasitas izin gross (satuan beban)
                 Qult.izin   = Daya dukung ultimit izin gross
                 q               = Over burden pressure (tekanan tanah)
                 A              = Luas dasar pondasi
                 Fk            = Faktor keamanan
                 2               = Nilai faktor keamanan minimal yang disarankan





[1] Ralph B.pek, Walter E.Hanson, Thomas H.Thornburn, Teknik Pondasi Edisi ke 2, Gadjah Mada University Press.1973.
  Hal 366
[2] Hary Cristady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003, Hal. 67 - 68
[3] Hary Cristady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003, Hal. 67 - 68
[4] Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003, hal. 74
[5] Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2,Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003, Hal. 75
[7] Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003.hal. 117
[9] Hary Christiady Hardiyatmo, Analisis dan Perancangan Fondasi Bagian II, Hal. 212
[10] Hary Christiady Hardiyatmo, Analisis dan Perancangan Fondasi Bagian II, Hal. 212
[11] Penerbit Gunadarma, Rekayasa Fundasi II Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam,Jakarta,
   Gunadarma,1997, Hal. 78 - 79
[12] http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29907/chapterII,2015
[13] http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29907/chapterII,2015
[14] Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003. hal. 143
[15] Ir. Sardjono HS, Pondasi Tiang Pancang, Jilid 2, hal 35
[16] Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003. hal. 118
[17] Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003. hal. 118 - 119
[18] Hary Christady Hardiyatmo, Teknik Pondasi 2, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003. hal. 120

Comments